Ayah & Ibu


Untung tidak hanya seorang ibu saja yang harus dihormati oleh anak-anaknya. Pertama kali adalah ibumu, kedua tetap ibumu, ketiga juga masih ibumu, baru setelah itu ayahmu. Waktu kecil dulu, aku pernah protes dengan hal tersebut. Aku tidak terima, kasihan ayah kalau harus di urutan ke-4. Tetapi, akhirnya aku bisa terima. Hehehe. Aku menghormati keduanya, karena tanpa mereka, aku tidak bisa melihat dunia ini.

Alhamdulillah, aku dilahirkan di keluarga yang sederhana, walau tak selalu berkecukupan, tapi tidak pernah kekurangan. 

Tinggal serumah dengan orang tua dengan satu saudaraku adalah hal yang menyenangkan. Rumah sederhana berpenghuni empat orang, membuat hangat suasana. Yaaa kadang-kadang hangat, kadang-kadang kepanasan juga sihh.

Ayahku, Bahtiar namanya. Orang yang tegar menjalani hidup. Dia buruh harian, hanya lulusan SMP saat itu. Anak-anaknya berjumlah dua orang, yang butuh makan dan pendidikan. Harapan ayah yang ingin dicapai adalah melihat kami, buah hatinya hidup bahagia, tidak merasakan kesusahan seperti yang pernah ayah alami.

Ayahku ini adalah pekerja yang hebat, tulang punggung keluarga, pencari nafkah yang tidak mengenal lelah. Setiap hari dilaluinya dengan penuh semangat. Tak pernah kudengar dia mengeluh kecapekan, padahal dari pagi sampai sore hari dia bekerja. Ayah, orang yang rajin dan giat bekerja.

Waktu terus berjalan sampai kami beranjak menjadi dewasa. Luar biasa, pengorbanannya tidak sedikit. Semuanya diberikan untuk anak-anaknya. Ayah bilang: "Tidak penting kekayaan, yang paling berharga adalah jika anak-anaknya bisa bersekolah setinggi-tingginya dan berpendidikan”. Banyak makna dibalik ucapannya itu. 

Ibuku, Nurhaida namanya. Orang yang selalu ceria setiap hari nya. Tempat aku mengeluhkan segala hal. Aku sampai hari ini masih percaya bahwa kasih ibu itu sepanjang masa. Karena siapa pun itu, ketika di hadapan ibu, akan tetap dianggap sebagai bocah kemarin sore yang masih ingusan. Kita bisa bercerita tentang banyak hal, mulai dari yang pelik-sulit membingungkan sampai yang receh-remeh temeh. Ibu akan tetap menerimanya dengan kehangatan. Kendati penampilan ibu biasa saja dan cenderung apa adanya, tapi justru wejangan yang diutarakan selalu terlihat bersahaja dan menenteramkan.

Tak banyak yang bisa aku ungkapkan tentang mereka berdua. Karena menurutku, dua-dua nya merupakan pahlawan yang hadir untuk aku dan adikku sepanjang kehidupan kami. Menulis seperti ini membuatku sedih, bagaimana kalau nanti mereka sudah tiada, apa aku masih bisa melanjutkan kehidupan di dunia? 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Andai Aku jadi Guru Agama