Guru Idola
Saat itu Aku duduk di bangku kelas 5 SD. Aku bersekolah di salah satu SD di Kota Dumai. Aku termasuk siswa yang biasa-biasa saja, tidak yang termasuk dalam kategori pandai namun tidak juga dalam kurang pandai.
Bu Gultom merupakan wali kelasku saat itu. Seingatku, Erpelina Gultom nama lengkapnya. Namun, para siswa biasa memanggilnya "Bu Gultom".
Teman-teman tahu tidak kalau semasa SD, aku merupakan sasaran teman-temanku dalam hal diejek? Kalau sekarang sih lebih dikenal dengan istilah "Bullying". Saat itu, aku berfikir kalau teman-teman berlaku seperti itu supaya aku bisa berkontribusi dalam kegiatan bermain yang sedang dilakukan, namun setelah dipikir-pikir ternyata aku dibully. Memang bukan dibully secara fisik, tetapi dengan perkataan mereka.
Pernah suatu pagi, aku ingat betul kalau itu hari Sabtu. Sehabis senam, biasanya ada jeda sekitar 15 menit untuk istirahat sebelum memulai pelajaran pertama. Nah, Aku dan beberapa teman pergi ke Kantin untuk membeli jajanan dan setelah selesai, kami kembali ke dalam kelas. Saat sampai kelas, ternyata Bu Gultom sudah tiba dan duduk sambil menunggu bel pelajaran pertama berbunyi. Kami mengobrol dan sesekali Bu Gultom membaur dalam obrolan. Tiba-tiba saja salah satu temanku bilang "Za, coba kalau ke sekolah itu mandi" sebut saja namanya A, belum sempat aku menjawab teman yang lain sudah menyahut "Iya nih, Lihat lah mukanya dekil kali. Gak malu emangnya?" sebut saja B. Dan tentunya diiringi dengan tawaan teman-teman yang mendengar. Aku cuma bisa diam, karna tidak tau harus membalas perkataan mereka dengan perkataan apa. Di sela-sela tawaan mereka tadi, bunyi lah bel pelajaran pertama dan kelas langsung diambil alih oleh Bu Gultom. Saat sedang mengajar, Bu Gultom tiba-tiba keluar dari topik pembicaraan dan langsung bilang "A, B coba lain kali kalau sedang berkumpul seperti tadi jangan ngomong yang tidak baik. Kalau mau menegur Riza, silahkan. Tapi lakukan saat kalian sedang berdua saja, jangan di depan teman yang lain" lalu A menyahut perkataan Bu Gultom dengam "Tapi kan emang betul Bu, dia hitam" katanya. Lalu Bu Gultom menjawab "Tidak, itu bukan hitam namanya. Kalau hitam itu seperti tinta spidol, sedangkan kulit Riza itu warna nya sawo matang. Masa sudah kelas 5 tapi tidak bisa membedakan warna sih A?" dan A menjawab "Iya Bu, maaf" lalu Bu Gultom bilang kalau A tidak perlu meminta maaf kepadanya tapi kepadaku. Sehabis jam pelajaran, A dan B meminta maaf kepadaku didepan Bu Gultom dan teman yang lain. Aku hanya tersenyum dan berkata "Iya, gapapa".
Sejak saat itu, Aku jadi sangat sayang kepada Bu Gultom. Karena ucapan beliau pagi itu, teman-teman sudah tidak mengejekku lagi. Ya meskipun masih ada yang jahil sih.
A, B yang mungkin saja membaca tulisanku ini, aku tau yang kalian lakukan itu mungkin maksudnya hanya candaan. Tapi, untuk aku itu bisa jadi pukulan yang membuat sedih. Kalian juga tidak sekali duakali berlaku seperti itu, ada beberapa hal yang benar-benar bikin aku sakit hati bahkan sampai sekarang. Semoga perlakuan kalian yang memandang orang sesuai fisik itu, tidak berlanjut sampai saat ini ya.
Terimakasih sudah membaca tulisanku, tulisan ini aku buat untuk memenuhi tugas matakuliah Ilmu Komunikasi dari Bapak Dawami, M. I. kom. Mohon maaf atas penyusunan kata dan kalimat yang tidak sesuai, Terimakasih.
luar biasa jadilah kedepan seperti guru idolamu. Sukses guru hebat
BalasHapus